Saya pikir TikTok itu cuma buat hiburan.
Awalnya saya buka TikTok cuma buat cari inspirasi, hiburan ringan sebelum tidur, atau sekadar scroll lucu-lucuan. Tapi lama-lama...
Saya gak sadar jadi kecanduan.
Setiap bangun pagi, yang saya buka pertama adalah TikTok.
Sebelum tidur pun, gak bisa lepas dari FYP.
Waktu luang yang seharusnya bisa saya pakai buat kerja, baca buku, atau olahraga, malah habis buat scrolling tanpa henti.
Sampai akhirnya, saya sadar ada yang salah. Saya mulai merasa gelisah kalau belum buka TikTok. Fokus kerja menurun. Waktu terasa terbuang.
Akhirnya saya memutuskan untuk cari bantuan.
Saya ketemu dengan seorang psikolog di Jakarta bernama Jennyfer, yang praktek di Jalan Atlanta. Dari beliau, saya dapet penjelasan yang benar-benar membuka mata.
Berikut 4 hal yang bikin TikTok ternyata gak aman buat otak, terutama kalau digunakan tanpa kontrol.
1. Desain Aplikasi yang Memicu Kecanduan
Psikolog Jennyfer menjelaskan, TikTok memang dirancang agar bikin pengguna terus-terusan ingin nonton.
Fitur utama yang paling berbahaya adalah "For You Page" (FYP) — halaman yang dipenuhi konten sesuai dengan minat kita.
Setiap kali kita swipe dan menemukan konten yang “pas banget”, otak melepaskan dopamin, yaitu hormon yang bikin kita merasa senang.
Masalahnya?
Pelepasan dopamin ini mirip seperti efek judi. (Zhou et al., 2023)
“Setiap swipe adalah seperti putaran mesin slot. Bisa dapat konten yang menyenangkan, bisa juga enggak. Tapi karena penasaran, kita terus swipe,” jelas Jennyfer.
Inilah yang membuat TikTok terasa susah banget dilepas.
Bahkan lebih candu daripada games seperti Genshin impact.
Bukan karena kamu lemah. Tapi memang sistemnya dirancang untuk bikin kamu terus-terusan balik.
2. Penurunan Rentang Perhatian
Konten TikTok rata-rata berdurasi 15–60 detik.
Cepat. Padat. Langsung to the point.
Kedengarannya efektif. Tapi efek jangka panjangnya?
Menurut riset dari Mark et al. (2024), otak yang terlalu sering terpapar konten cepat jadi kesulitan untuk fokus pada aktivitas panjang.
Contoh nyatanya?
- Nonton film berdurasi 2 jam jadi terasa membosankan.
- Baca artikel panjang gak kuat lebih dari 1 paragraf.
- Mengerjakan tugas atau proyek kerja jadi gampang terdistraksi.
"Otak terbiasa dengan stimulasi cepat dan reward instan, sehingga aktivitas biasa jadi terasa terlalu lambat,” kata Jennyfer.
3. Overload Informasi & Kecemasan
Satu hari scroll TikTok, kamu bisa lihat:
- Orang curhat putus cinta
- Tips investasi
- Drama artis
- Kisah horor
- Cara goreng telur anti gagal
- Berita kriminal
- Dan seterusnya...
Otak manusia gak didesain untuk mencerna begitu banyak jenis informasi dalam waktu singkat.
Inilah yang disebut dengan cognitive overload, yaitu kondisi saat otak dipaksa memproses terlalu banyak informasi secara terus-menerus.
Menurut American Psychological Association (2022), kondisi ini bisa memicu:
- Stres
- Kecemasan berlebih
- Kebingungan mental
Kalau kamu akhir-akhir ini merasa cepat cemas atau gampang panik tanpa sebab yang jelas, bisa jadi salah satu pemicunya adalah konsumsi konten TikTok yang berlebihan.
4. Dampak Serius pada Perkembangan Otak Remaja
Yang paling bikin khawatir?
Efek TikTok terhadap remaja dan anak-anak.
Menurut riset dari Abi-Jaoude et al. (2023), remaja yang terlalu sering menggunakan TikTok berisiko mengalami:
- Gangguan memori jangka pendek
- Sulit konsentrasi belajar
- Impulsif dalam mengambil keputusan
- Ketergantungan sosial media
- Gangguan mental seperti kecemasan sosial dan depresi
Masa remaja adalah masa penting untuk membentuk struktur otak. Kalau di masa ini sudah terpapar konten cepat tanpa batas, bisa berdampak jangka panjang terhadap kemampuan kognitif dan emosional.
Kesimpulan: TikTok Boleh, Tapi Jangan Sampai Menguasai Hidupmu
Saya gak akan bilang TikTok itu jelek.
Saya sendiri masih pakai sampai sekarang—tapi dengan pengaturan waktu dan kesadaran yang lebih tinggi.
Setelah saya pelan-pelan mengurangi, saya mulai:
- Tidur lebih nyenyak
- Bisa fokus kerja lebih lama
- Nggak merasa gelisah kalau gak buka aplikasi
Kuncinya bukan dihapus total, tapi dikontrol.
Kalau kamu merasa TikTok mulai merusak fokus dan waktu kamu, mungkin sudah saatnya refleksi.
Karena otak kamu itu aset, bukan mainan algoritma.